Kita semua tahu bahwa Indonesia adalah negara kaya, namun kita juga
sama tahunya bahwa hanya segelintir orang yang mampu menikmatinya. Saya
jadi teringat sejarah, betapa Bung Karno menginginkan bangsa Indonesia
mandiri dan mampu mengelola sumber daya alamnya sendiri.
Bukan
seperti sekarang ini,yang cenderung menjadi budak. Siapa yang tidak
tahu film Laskar Pelangi yang diadaptasi dari kisah nyata, bapaknya
Ikal merupakan potret buram dunia buruh pertambangan. Penduduk lokal
hanya menjadi semacam sapi perah yang dibayar tidak sepadan. John
Pilger dalam bukunya yang berjudul The New Rulers of the World (2002)
menyebutkan bahwa ada semacam penguasaan ekonomi Indonesia oleh
kekuatan asing dalam konferensi di Jenewa pada 1967.
Konferensi
di Jenewa tersebut menjadi titik awal, yang kemudian menentukan nasib
ekonomi bangsa kita selanjutnya. Disebutkan pula bahwa ada proses
pembagian atau pos-pos sumber daya alam dengan proses tawar-menawar,
tanpa mengindahkan asas ekonomi kerakyatan yang cocok untuk bangsa
Indonesia.
Sebut saja Freeport, yang kemudian mendapatkan
pos yang kaya akan tembaga di Papua Barat, lalu konsorsium Eropa
mendapatkan nikel di Papua Barat dan Alcoa mendapatkan sebagian besar
bauksit di Indonesia. Lahirnya UU No 1 Tahun 1967 tentang Penanaman
Modal Asing, yang disusul dengan UU No 6 Tahun 1968 tentang Penanaman
Modal Dalam Negeri, dan serangkaian perundang-undangan dan peraturan
beserta kebijakan-kebijakan yang sangat jelas menjurus pada
liberalisasi.
Kalau kita perhatikan bidang-bidang yang
diminati dalam melakukan investasi besar di Indonesia,perhatian mereka
tertuju pada pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia yang
produknya untuk mereka, sedangkan bangsa Indonesia hanya memperoleh
pajak dan royalti yang sangat minimal.
Seharusnya dalam
kesepakatan kontrak tambang ada renegosiasi yang menguntungkan rakyat,
dan pemerintah baik pusat maupun daerah harus lebih mementingkan
rakyat.Alih-alih menjadi tuan di negeri sendiri, rakyat justru menjadi
kacung. Penjajahan telah mengalami modernisasi dan dijalankan secara
lebih halus tetapi perampokan dalam skala besar dan dijalankan dengan
apik serta menggunakan teknologi canggih.
Rakyat dibiarkan
bodoh dan tidak diizinkan untuk mengelola sumber daya alam di tanahnya
sendiri. Mengutip pernyataan Mahatma Gandhi,“Bumi cukup untuk
memuaskan setiap kebutuhan manusia, tetapi tidak untuk satu manusia
yang serakah”Padahal, kekayaan yang melimpah ruah tersebut jika
dikelola dengan baik mampu mencukupi hajat rakyat.
lihat selanjut KLIK
Sumber ( Koran Sindo, 11 Oktober 2011)
0 comments:
Posting Komentar