Nunukan, Buletinbelantara.com- Daerah perbatasan kerap kali menjadi daerah yang rawan ketahanan baik dari segi ekonomi dan teritorial. Perlu dilakukan upaya perlindungan dari negara agar tidak terjadi pencaplokan wilayah dan kekayaan sumberdaya alam dan manusia Indonesia.
Dalam rangka mendata, merawat dan melindungi daerah perbatasan Kopassus melaksanakan Ekspedisi Khatulistiwa 2012. Tim ini beranggotakan para peneliti dan akademisi yang akan mendata wilayah perbatasan dan kekayaan hayati termasuk binatang yang ada di dalamnya.
Kelompok Mahasiswa Pecinta Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan RANITA (kembaRA insaNi Ibnu batutTA) berkontribusi mengirimkan dua anggotanya untuk mengikuti ekspedisi tersebut yakni Suci Rohmayni dan Agung Sulistiyono.
“Kami melakukan pendataan penduduk di wilayah Nunukan, di antaranya desa Tabur Lestari, Sei Manggaris” Ujar Suci Rohmayni (24/4) saat diwawancara melalui surat elektronik.
Selain itu, sarana prasarana desa juga menjadi bahan yang perlu didata. Hal yang mengejutkan menurut Suci adalah penduduk di desa Tabur Lestari kecamatan Sei Manggaris kebanyakan adalah pendatang dan bukan lagi penduduk asli. Penduduk asli daerah ini adalah suku Tidung dan suku dayak. Sedangkan suku pendatang adalah suku Bugis, Jawa, Toraja, dan Timur (NTB, NTT, Ende). Suku asli, yaitu suku Tidung, sulit ditemui didaerah ini karena mereka lebih suka menjadi nelayan sehingga mereka banyak bisa ditemui didaerah pesisir. Tanah mereka dijual dan pindah ketempat lain.
Wilayah perbatasan seperti ini kerap kali menjadi wilayah yang dianaktirikan dan cenderung terlupakan oleh pemerintah pusat. Dengan Ekspedisi Khatulistiwa ini diharapkan data yang didapat akan menjadi bahan pertimbangan pererintah untuk lebih memperhatikan daerah perbatasan dan kebutuhan warganya. (DSP)
Dalam rangka mendata, merawat dan melindungi daerah perbatasan Kopassus melaksanakan Ekspedisi Khatulistiwa 2012. Tim ini beranggotakan para peneliti dan akademisi yang akan mendata wilayah perbatasan dan kekayaan hayati termasuk binatang yang ada di dalamnya.
Kelompok Mahasiswa Pecinta Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan RANITA (kembaRA insaNi Ibnu batutTA) berkontribusi mengirimkan dua anggotanya untuk mengikuti ekspedisi tersebut yakni Suci Rohmayni dan Agung Sulistiyono.
“Kami melakukan pendataan penduduk di wilayah Nunukan, di antaranya desa Tabur Lestari, Sei Manggaris” Ujar Suci Rohmayni (24/4) saat diwawancara melalui surat elektronik.
Selain itu, sarana prasarana desa juga menjadi bahan yang perlu didata. Hal yang mengejutkan menurut Suci adalah penduduk di desa Tabur Lestari kecamatan Sei Manggaris kebanyakan adalah pendatang dan bukan lagi penduduk asli. Penduduk asli daerah ini adalah suku Tidung dan suku dayak. Sedangkan suku pendatang adalah suku Bugis, Jawa, Toraja, dan Timur (NTB, NTT, Ende). Suku asli, yaitu suku Tidung, sulit ditemui didaerah ini karena mereka lebih suka menjadi nelayan sehingga mereka banyak bisa ditemui didaerah pesisir. Tanah mereka dijual dan pindah ketempat lain.
Wilayah perbatasan seperti ini kerap kali menjadi wilayah yang dianaktirikan dan cenderung terlupakan oleh pemerintah pusat. Dengan Ekspedisi Khatulistiwa ini diharapkan data yang didapat akan menjadi bahan pertimbangan pererintah untuk lebih memperhatikan daerah perbatasan dan kebutuhan warganya. (DSP)
0 comments:
Posting Komentar