Hari ini, 7 September 2012 tepat sewindu kematian Munir, sang pejuang kemanusiaan. Namun, jalan terang pengungkapan kasusnya masih sangat jauh. Gelap masih meliputi keadilan dan kemanusiaan di Indonesia.
Munir dibunuh di langit, menggunakan racun arsenik di perjalanannya menuju Amsterdam. Kematannya tersebut menjadi kemenangan terbesar para penjahat kemanusiaan di negeri ini.
Seperti dilansir Kompas TV, istri Munir menagih janji Presiden SBY yang pernah berkata akan membongkar kasus pembunuhan Munir.
"Untuk menagih janji SBY dan mengingatkan publik bahwa Munir belum mendapatkan keadilan, kami tidak akan berhenti menyarakan keadilan" Tegas Suciwati.
Ada beberapa nama yang sempat masuk ke dalam daftar tersangka. Selain Prabowo, mantan komandan jenderal Kopassus, adalah Muchdi PR yang ditangkap pada 6 Juni 2008. Ia disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan pada awal Desember 2008, jaksa penuntut umum (JPU) kasus pembunuhan Munir menuntut Muchdi PR dihukum 15 tahun penjara. Muchdi PR terbukti menganjurkan dan memberikan sarana kepada terpidana Pollycarpus Budihari Priyanto untuk membunuh Munir.
Akan tetapi putusan pengadilan membebaskan Muchdi karena alibi yang digunakannya pada saat kejadian ia sedang berada di Malaysia. Padahal telpon selularnya terdeteksi berada di Surabaya.
Saat ini Suciwati dan rekannya sedang berjuang meminta Komisi Informasi Pusat (KIP) dapat memaksa Badan Intelejen Negara (BIN) untuk membuka dokumen perjalanan Muchdi ke Malaysia saat Munir dibunuh. Dokumen tersebut akan dijadikan bukti baru (novum) untuk Peninjauan Kembali (PK) ke Mahkamah Agung, guna melawan putusan kasasi yang membebaskan Muchdi PR.
Hari kematian Munir bukan hanya diperingati di jalan-jalan, tapi juga di Twitter. Aksi akun jejaring sosial Twitter ramai menggunakan hashtag #MenolakLupa dan #8thnMunir. Begitu pula dengan gerakan 1000 akun twitter menggunakan Avatar Munir. (kompas/dsp)
0 comments:
Posting Komentar