Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 08 November 2011

UKM KMPLHK RANITA UIN JAKARTA MENGIRIM ANGGOTA KE Tunza International Children & Youth Conference on The Environment


Pada tanggal 27 September-1 Oktober 2011, atas kerja sama PBB dan Kementrian Lingkungan Hidup telah diselenggarakan Konferensi Tunza Internasional Pemuda dan Anak-Anak di Bidang Lingkungan Hidup (Tunza International Children & Youth Conference on The Environment) di Sabuga ITB, Bandung. Kali ini tema yang diambil adalah, “Reshaping Our Future through A Green Economy and Sustainable Lifestyle”. Tunza sendiri berasal dari bahasa Swahili Afrika, yang berarti melindungi lingkungan. Konferensi ini diselenggarakan dua tahun sekali dan merupakan pertemuan puncak yang melibatkan 1300 delegasi dari 150 negara. Poin utama forum ini adalah untuk merumuskan suatu deklarasi yang akan menjadi rujukan di pertemuan para pemimpin negara di RIO+20 tahun depan.  

UKM KMPLHK RANITA UIN JAKARTA telah berhasil mengirimkan salah satu anggotanya, yaitu, Ika Zahara Qur’ani (RAN. 08.247) sebagai anggota delegasi Indonesia untuk menegosiasikan isi dari deklarasi tersebut. Selain itu, program yang berjalan selama lima hari ini tentunya juga mencakup berbagai seminar dan workshop yang berkaitan dengan tema yang diusung.

Hari pertama, diisi oleh upacara pembukaan yang dihadiri oleh Wakil Presiden Boediono dan segenap jajaran menterinya. Setelah itu tak lupa penampilan tari tradisional Indonesia dan penampilan dari Jamaica CafĂ© yang menyanyikan beberapa lagu seperti City of Glass dan Keong Racun. Uniknya, pada pembukaan ini seluruh peserta diwajibkan memakai baju nasional dari masing-masing negara. Kebanyakan delegasi Indonesia memang menggunakan batik, sedangkan delegasi lain, misalnya dari Korea memakai Han Bok, delegasi Meksiko menggunakan … dan dari Uzbekistan mengenakan … . Pakaian paling menarik dikenakan delegasi Ghana yang memakai baju tradisional ala Afrika lengkap dengan asesorisnya.
Setelah pembukaan, seminar pun dibuka dengan tema “Youth in The Green Economy: Reshaping Lives and Lively Hood”, dengan para pembicara dari badan PBB dan beberapa pakar dari NGO internasional serta dimoderatori oleh ketua United Nations Environment Program (UNEP), Achim Steiner. Seminar ini berjalan sangat interaktif dan berisi banyak inspirasi mengenai peran pemuda dalam mewujudkan Ekonomi Ramah Lingkungan.

Hari kedua, setelah seminar yang bertemakan “Youth and the Global Environmental Governance”, para peserta diberi berbagai pilihan untuk memilih kelas workshop yang disediakan penyelenggara. Dalam konferensi ini ada sekitar dua puluh tema berbeda untuk tiap kelas. Penulis sendiri memilih kelas Practical Aspects of Green Economy to Eradicate Poverty (Pelaksanaan Ekonomi Hijau untuk Memberantas Kemiskinan). Ditemani oleh tutor dari beberapa negara di Asia Selatan, materi workshop ini menunjukan bahwa ekonomi ramah lingkungan dapat bedampak positif terhadap kesejahteraan rakyat di sekitarnya. Misalnya dengan adanya kincir angin untuk menghasilkan listrik di Uganda yang menghilangkan kewajiban warganya untuk membayar listrik, ada pula taman yang terbuat dari tumpukan sampah yang disusun secara artistik di Korea, taman ini ternyata mampu menarik minat para wisatawan sehingga menaikan penghasilan kota tersebut.

Di sesi seminar berikutnya, beberapa delegasi diberi kesempatan untuk mempresentasikan eco-project yang telah dilakukan di negaranya. Dari Australia, diwakili oleh kelompok bernama Climate Girl, mereka mengkampanyekan tentang perlindungan laut terhadap sampah yang bertebaran. Kampanye ini berhasil mengajak semua siswa di sekolah yang terletak di dekat laut tersebut melakukan diet plastik. Mereka membawa botol air minum sendiri dan menolak menggunakan air minum kemasan. Hasilnya, tidak hanya laut saja yang menjadi jauh lebih bersih, tetapi juga mereka sukses mengubah gaya hidup para siswa di sekolah tersebut menjadi lebih ramah lingkungan. Presentasi berikutnya datang dari delegasi Singapura, seorang pemuda mendirikan sebuah clothing brand bernama qloov. Baju-baju yang diproduksi terbuat dari bahan polyster yang merupakan hasil daur ulang botol plastik. Qloov menyatakan telah sukses menjadikan jutaan botol yang tak terpakai menjadi sebuah kaos dengan desain yang mengandung pesan-pesan cinta lingkungan. Selain dari kedua negara tersebut, presentasi juga dilakukan oleh delegasi lain seperti dari Indonesia, India dan Kamerun.

Hari ketiga, di sebuah workshop mengenai Youth & Climate Change, penulis mempresentasikan eco-project yang saat ini sedang dikembangkan oleh KMPLHK RANITA UIN JAKARTA, yaitu, Your Garbage is Your Donation (Sampahmu Amalmu). Melalui program ini masyarakat dapat menyumbangkan barang-barang tak terpakai yang dimilikinya untuk didaur ulang. Hasil daur ulang tersebut kemudian dijual dan uangnya digunakan untuk kegiatan sosial dan program lingkungan lainnya. Dengan kata lain, masyarakat dapat menggunakan sampahnya untuk beramal.

Acara penting selanjutnya adalah diskusi mengenai deklarasi Bandung mengenai lingkungan hidup yang akan dijadikan acuan di pertemuan RIO+20. Setiap negara membuat diskusi kelompok untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dalam deklarasi sebelumnya. Hari ketiga dianggap sebagai hari terakhir konferensi Tunza karena waktu yang tersisa keesokan harinya hanya akan digunakan untuk wisata ke tempat-tempat yang berhubungan dengan penerapan ekonomi hijau dan konservasi alam, seperti di Geothermal & Star Energy, Hydro Power Jatiluhur dan Bosscha.
lihat selengkapanya KLIK

ads

Ditulis Oleh : BELANTARA Hari: 22.32 Kategori:

0 comments:

Posting Komentar

 

Blogger Followers