Pada tanggal 27 September-1
Oktober 2011, atas kerja sama PBB dan Kementrian Lingkungan Hidup telah
diselenggarakan Konferensi Tunza Internasional Pemuda dan Anak-Anak di Bidang
Lingkungan Hidup (Tunza International
Children & Youth Conference on The Environment) di Sabuga ITB, Bandung.
Kali ini tema yang diambil adalah, “Reshaping
Our Future through A Green Economy and Sustainable Lifestyle”. Tunza
sendiri berasal dari bahasa Swahili Afrika, yang berarti melindungi lingkungan.
Konferensi ini diselenggarakan dua tahun sekali dan merupakan pertemuan puncak
yang melibatkan 1300 delegasi dari 150 negara. Poin utama forum ini adalah
untuk merumuskan suatu deklarasi yang akan menjadi rujukan di pertemuan para
pemimpin negara di RIO+20 tahun depan.
UKM KMPLHK RANITA UIN JAKARTA telah berhasil
mengirimkan salah satu anggotanya, yaitu, Ika Zahara Qur’ani (RAN. 08.247) sebagai
anggota delegasi Indonesia untuk menegosiasikan isi dari deklarasi tersebut.
Selain itu, program yang berjalan selama lima hari ini tentunya juga mencakup
berbagai seminar dan workshop yang berkaitan dengan tema yang diusung.
Hari pertama, diisi oleh upacara
pembukaan yang dihadiri oleh Wakil Presiden Boediono dan segenap jajaran
menterinya. Setelah itu tak lupa penampilan tari tradisional Indonesia dan
penampilan dari Jamaica Café yang menyanyikan beberapa lagu seperti City of Glass dan Keong Racun. Uniknya,
pada pembukaan ini seluruh peserta diwajibkan memakai baju nasional dari
masing-masing negara. Kebanyakan delegasi Indonesia memang menggunakan batik,
sedangkan delegasi lain, misalnya dari Korea memakai Han Bok, delegasi Meksiko
menggunakan … dan dari Uzbekistan mengenakan … . Pakaian paling menarik
dikenakan delegasi Ghana yang memakai baju tradisional ala Afrika lengkap dengan
asesorisnya.
Setelah pembukaan, seminar pun
dibuka dengan tema “Youth in The Green
Economy: Reshaping Lives and Lively Hood”, dengan para pembicara dari badan
PBB dan beberapa pakar dari NGO internasional serta dimoderatori oleh ketua
United Nations Environment Program (UNEP), Achim Steiner. Seminar ini berjalan
sangat interaktif dan berisi banyak inspirasi mengenai peran pemuda dalam
mewujudkan Ekonomi Ramah Lingkungan.
Hari kedua, setelah seminar yang
bertemakan “Youth and the Global
Environmental Governance”, para peserta diberi berbagai pilihan untuk
memilih kelas workshop yang disediakan penyelenggara. Dalam konferensi ini ada
sekitar dua puluh tema berbeda untuk tiap kelas. Penulis sendiri memilih kelas Practical Aspects of Green Economy to Eradicate
Poverty (Pelaksanaan Ekonomi Hijau untuk Memberantas Kemiskinan). Ditemani
oleh tutor dari beberapa negara di Asia Selatan, materi workshop ini menunjukan
bahwa ekonomi ramah lingkungan dapat bedampak positif terhadap kesejahteraan
rakyat di sekitarnya. Misalnya dengan adanya kincir angin untuk menghasilkan
listrik di Uganda yang menghilangkan kewajiban warganya untuk membayar listrik,
ada pula taman yang terbuat dari tumpukan sampah yang disusun secara artistik
di Korea, taman ini ternyata mampu menarik minat para wisatawan sehingga
menaikan penghasilan kota tersebut.
Di sesi seminar berikutnya,
beberapa delegasi diberi kesempatan untuk mempresentasikan eco-project yang
telah dilakukan di negaranya. Dari Australia, diwakili oleh kelompok bernama Climate Girl, mereka mengkampanyekan
tentang perlindungan laut terhadap sampah yang bertebaran. Kampanye ini
berhasil mengajak semua siswa di sekolah yang terletak di dekat laut tersebut
melakukan diet plastik. Mereka membawa botol air minum sendiri dan menolak menggunakan
air minum kemasan. Hasilnya, tidak hanya laut saja yang menjadi jauh lebih
bersih, tetapi juga mereka sukses mengubah gaya hidup para siswa di sekolah
tersebut menjadi lebih ramah lingkungan. Presentasi berikutnya datang dari
delegasi Singapura, seorang pemuda mendirikan sebuah clothing brand bernama qloov. Baju-baju yang diproduksi terbuat
dari bahan polyster yang merupakan hasil daur ulang botol plastik. Qloov
menyatakan telah sukses menjadikan jutaan botol yang tak terpakai menjadi
sebuah kaos dengan desain yang mengandung pesan-pesan cinta lingkungan. Selain
dari kedua negara tersebut, presentasi juga dilakukan oleh delegasi lain
seperti dari Indonesia, India dan Kamerun.
Hari ketiga, di sebuah workshop
mengenai Youth & Climate Change, penulis
mempresentasikan eco-project yang saat ini sedang dikembangkan oleh KMPLHK
RANITA UIN JAKARTA, yaitu, Your Garbage is Your
Donation (Sampahmu Amalmu). Melalui program ini masyarakat dapat
menyumbangkan barang-barang tak terpakai yang dimilikinya untuk didaur ulang. Hasil
daur ulang tersebut kemudian dijual dan uangnya digunakan untuk kegiatan sosial
dan program lingkungan lainnya. Dengan kata lain, masyarakat dapat menggunakan
sampahnya untuk beramal.
Acara penting selanjutnya adalah
diskusi mengenai deklarasi Bandung mengenai lingkungan hidup yang akan
dijadikan acuan di pertemuan RIO+20. Setiap negara membuat diskusi kelompok
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dalam deklarasi sebelumnya.
Hari ketiga dianggap sebagai hari terakhir konferensi Tunza karena waktu yang
tersisa keesokan harinya hanya akan digunakan untuk wisata ke tempat-tempat
yang berhubungan dengan penerapan ekonomi hijau dan konservasi alam, seperti di
Geothermal & Star Energy, Hydro Power Jatiluhur dan Bosscha.
lihat selengkapanya KLIK
0 comments:
Posting Komentar