Upaya dalam merestorasi bangunan tua stasiun yang didirikan perusahaan KA swasta Belanda, Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), layaknya embusan angin segar menyejukkan. Sekitar akhir Januari 2006 banjir setinggi hampir 50 sentimeter merendam seluruh areal stasiun. Banjir seolah menenggelamkan kemegahan bangunan Stasiun Semarang Tawang.
Penyebab banjir, selain curah hujan yang tinggi tiga hari berturut-turut dan air pasang laut Jawa, juga hilangnya area resapan di sebelah utara stasiun. Rawa yang dahulu melingkupi bagian utara stasiun sejak 1985 berubah menjadi permukiman.
Banjir merupakan hantu yang harus dihadapi bangunan Stasiun Tawang. Namun, gunungan sampah di tambak sebelah timur stasiun juga musuh utama yang harus dihadapi.
Tidak mengherankan apabila desain lobi stasiun ini sangat anggun. Warna putih menutup hampir semua dinding lobi. Warna coklat tembaga menjadi penghias ornamen bangunan dan hiasan lainnya. Pahatan batu yang melukiskan dua lokomotif dan rangkaian gerbong menghiasi keempat sisi tembok.
Dari penelitian, diketahui ketinggian air yang merembes pada lapisan dinding Stasiun Semarang Tawang, mencapai 1,5 meter dari permukaan tanah.
PT KA dan tim pencinta bangunan Stasiun Semarang Tawang akan merestorasi lapisan dinding stasiun secara bertahap.
Restorasi Stasiun Semarang Tawang bukan sekadar upaya memberi kebebasan pada dinding stasiun leluasa bernapas. Restorasi ini menyadarkan betapa pentingnya pelestarian bangunan stasiun sebagai aset dan bagian dari sejarah perkeretapian Indonesia yang genap berusia 139 tahun pada tahun ini.
Stasiun Tawang adalah aset yang penting khususnya bagi kota Semarang, jadi sebagai masyarakat yang peduli lingkungan, kita wajib melestarikan.... lingkungan
kiriman dari : kiki mahasiswa semarang jurusan komunikasi.
kiriman dari : kiki mahasiswa semarang jurusan komunikasi.
0 comments:
Posting Komentar